
Akhlak merupakan pondasi utama dalam pembentukan karakter anak. Di usia dini, anak-anak terutama belajar melalui aktivitas yang mereka nikmati yaitu bermain. Bermain bukan sekadar hiburan semata, melainkan juga sarana pendidikan akhlak yang penuh makna.
Apa Hubungan Bermain dan Akhlak?
Bermain mendukung perkembangan anak dalam berbagai domain: emosional, sosial, kognitif, sekaligus moral. Berikut beberapa poin yang menunjukkan hubungan antara bermain dan akhlak:
- Mengelola emosi – Melalui bermain, anak berlatih menghadapi situasi “menang/kalah”, giliran, dan konflik kecil. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang lebih sering melakukan pretend play (bermain pura-pura) memiliki keterampilan pengaturan emosi yang lebih baik.
- Keterampilan sosial – Bermain dengan teman memungkinkan anak mempraktekkan nilai-nilai seperti berbagi, bergantian, bersabar, dan bekerja sama. Sebuah meta‐analisis menunjukkan bahwa pretend play berkorelasi positif dengan kompetensi sosial anak usia 3-8 tahun.
- Kemampuan menyelesaikan masalah – Dalam permainan yang terstruktur atau bebas, anak menghadapi tantangan, mengeksplorasi aturan, dan menemukan akibat tindakan mereka sendiri. Misalnya dalam penelitian tentang “group games” ditemukan bahwa bermain memberi anak kesempatan untuk mengembangkan reasoning dan moral reasoning.
- Nilai moral seperti jujur, adil, peduli – Penelitian di Bhutan (program ECCD) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis bermain dapat mempromosikan nilai-kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab pada anak usia 2-5 tahun.
Dalam perspektif Islam, anak dilahirkan dengan fitrah yang suci. Lingkungan yang mendukung dan pendampingan orang tua yang baik akan memperkuat fitrah tersebut menjadi sifat akhlak mulia yang nyata.
Nilai Akhlak Saat Bermain
Ketika anak bermain di lingkungan yang dirancang dengan baik orang tua atau pendamping hadir agar nilai akhlak dapat disisipkan dengan cara alami. Beberapa contohnya:
- Sabar saat menunggu giliran bermain.
- Tanggung jawab ketika berperan dalam permainan (misalnya jadi “pemimpin” atau “penjaga”).
- Empati ketika teman mengalami kesulitan dalam permainan.
- Kerja sama ketika membangun puzzle atau blok bersama-sama.
Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Akhlak
Orang tua memiliki peran besar dan strategis di sini. Berikut aspek-penting :
- Anak meniru orang tua lebih cepat daripada hanya mendengar nasihat. Oleh karena itu, kehadiran dan contoh nyata orang tua sangat penting.
- Saat mendampingi anak bermain:
- Mencontohkan sikap baik (misalnya: menunggu dengan tenang, berbagi mainan)
- Mengarahkan tanpa memarahi (gunakan bahasa positif)
- Menguatkan perilaku positif melalui pujian: misalnya, “Terima kasih ya sudah berbagi. Adik pasti senang.”
- Perlu konsistensi: aksi kecil yang diulang-ulang lebih berdampak daripada nasihat besar sekali lalu berhenti.
Pentingnya Lingkungan Bermain yang Benar
Bukan semua “playground” atau tempat bermain otomatis mendorong pembelajaran akhlak. Lingkungan bermain yang ideal adalah yang:
- Terstruktur namun tetap memberi kebebasan eksplorasi.
- Aman untuk anak bergerak, mencoba, menghadapi tantangan dan kegagalan kecil.
- Mendukung interaksi sosial antara anak-anak, dan dengan pendamping (orang tua atau fasilitator).
- Memiliki pengawasan yang ramah anak: pendamping hadir untuk membantu refleksi, bukan hanya mengawasi.
- Menyisipkan nilai kebaikan dalam aktivitas bermain: misalnya permainan yang mengajarkan bergantian, berbagi, memberi atau menerima undangan teman.
Di Silungkang Playground, konsep bermain anak adalah belajar akhlak lewat aktivitas seperti :
- Berbagi mainan antar-anak (mempraktekkan empati & kepedulian)
- Permainan antre bergiliran (mempraktekkan kesabaran & keadilan)
- Edukasi sopan santun di area bermain (misalnya salam, ucap terima kasih, permisi)
Bagaimana Silungkang Playground Memfasilitasi?
Sebagai pengelola playground yang peduli dengan tumbuh-kembang anak secara holistik, Silungkang Playground menerapkan beberapa pendekatan:
- Zona bermain yang dirancang untuk interaksi fasilitas yang mendukung sikap sosial: misalnya area bermain bersama (building blocks besar, lego komunitas), area permainan peran (role-play corner) dan area edukasi akhlak (misalnya mini game “giliran & berbagi”).
- Pendampingan ramah anak: ada fasilitator yang bukan hanya menjaga keamanan tapi juga melihat situasi saat bermain.
- Kerjasama orang tua: Orang tua diajak untuk ikut saat sesi bermain, atau diberikan panduan bagaimana melanjutkan pembelajaran akhlak dari rumah setelah aktivitas di playground.
Bermain bukan hanya investasi kebahagiaan anak hari ini tetapi juga investasi karakter masa depan. Dengan pendampingan yang tepat dan lingkungan yang mendukung, setiap tawa dan langkah kecil di playground bisa menjadi pelajaran akhlak yang anak bawa sepanjang hidup.